sarkub
Tidak Hanya Pesantren, Makam Auliaya’ Juga Jadi Tujuan Santri Selama Ramadan
Bagi sebagian orang makam atau kuburan orang yang sudah meninggal adalah hal yang menakutkan, apalagi kalau di makam tersebut dikenal angker.
Namun, ternyata anggapan itu tidak semua benar, buktinya di Makam Auliya’ Tambak Ngadi Mojo Kabupaten Kediri dan Makam Setogono Gedong Kota Kediri justru ramai dikunjungi para peziarah yang belakangan disebut-sebut sebagai santri kuburan alias sarkub khususnya dari kalangan santri yang khusus membidangi hafalan Quran atau Tahfidzul Quran.
Bahkan para sarkub ini rela menginap hingga satu bulan penuh selama Ramadan.Motivasi mereka berlama-lama di makam orang yang selama di dunia dianggap dekat dengan Sang Pencipta adalah mencari berkah di makam para ulama.
Dari beberapa sarkub yang berhasil ditemui RADAR Surabaya khususnya di Makam Auliya’ Tambak Ngadi Mojo Kediri menyatakan bahwa mereka rela menghabiskan bulan Ramadan di makam sebagai sarana tawasul agar lebih dekat kepada Allah sekaligus ‘nglalar’ (melanyahkan) hafalan Quran yang telah diselesaikan 30 juz.
” Tujuan utama kita adalah ngalalar hafalan , sebab selain tempatnya lebih tenang juga karena makam para ulama ini penuh berkah,” Baidlowi santri asal Salatiga Jawa Tengah yang mengaku datang 10 hari sebelum Ramadan 1427 Hijriyah ini.
Dibandingkan nyantri di pesantren luar menurut Baidlowi di makam suasanya lebih tenang,namun tetap saja ada godaannya antara lain pengen melihat suasana luar.
Dari pantauan RADAR Surabaya tidak hanya Baodlowi yang nyantri di kuburan, beberapa yang lainya juga tampak datang silih berganti, bahkan ada diantaranya santriwati yang datang bersama rombongan.
“ Ya kalau Ramadan seperti ini makam sini pastai ramai selain dari pengunjung biasa juga diserbu para santri. Kedatangan mereka juga membawa suasana lain yakni jadi tambah ramai, apalagi mendekatio berbuka mereka ramai-ramai memasak secara bersama-sama,” kata Moh Irfan salah seoarang pengurus makam.
Saat ini di Makam Auliya’ Tambak Ngadi Mojo, makam yang terkenal sepeninggal Almarhum KH Hamim Djazuli ( Gus Mik) ini ada kurang lebih ada 22 ulama yang dimakamkan.
Antara lain, tiga makam Syekh dari timur tengah yang ditemukan almarhum Gus Miek, KH Fatah Tulungagung dan KH Mubusir Mundir Pengasuh Ponpes Ma’unasari Bandar Kidul Kediri sekitar 25 tahun silam. Yakni makam Syekh Maulana Abdul Qodir Khoiri Bin Ismail Al Iskandariyah, Syekh maulana Abdullah Sholeh Al Istambuli dan Syekh Herman Ar Rumani Ar Rumani.
Selain itu masih ada makam-makam yang lain seperti makam Gus Miek, KH Ahmad Sidiq , Jember (mantan Rois Aam PBNU) , KH Anis Ibrahim, KH Sochib Musthofa Al Khafid, KH Ma’ruf, KH Abdul Hamid, KH Yasin Yusuf, KH Rohmad Zubair, KH Hamzah Nur, KH Imtoha, Nyai Hj Dewi Hajar , KH Muslim Manan, KH Bani Askar, KH Asmu’i, KH Dahnan, KH Hamim Hasyim, KH Abdullah Bin H Ihsan dan masih banyak yang lainya lagi yang kesemuanya merupakan teman-teman dekat almarhum Gus Miek dan yang ikut membesarkan Jamiyah Sema’an Al Qur’an Jantiko Mantab dan Dzikrul Ghofilin.
Keterangan Gus Miek sebelum meninggal, di makam Tambak Ngadi Mojo tersebut nanti akan ada 41 ulama yang akan dimakamkan. Bahkan almarhum juga sempat berujar bahwa ramainya makam Auliyak’ Tambak Ngadi Mojo nanti akan seramai makam Sunan Ampel Surabaya.
Hal itu sedikit membawa kebenaran setelah Gus Miek meninggal pada tahun 1993 lalu. Dimana saat ini makam Auliya’ yang terletak diantara perbatasan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tulungagung atau 40 kilometer dari Kota Kediri itu selalu menjadi rangkaian tujuan peziarah ke wali songo.
Lalu bagaimana dengan Makam Setonogedong yang didalamnya ada makam yang Mbah Wasil atau yang lebih dikenal Makam Syekh Maulana Syamsuddin ulama dari timur tengah yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di Kota Kediri.
Dibandingkan Makam Auliya Tambak Ngadi Mojo, Makam Setonogedong lebih dekat dijangkau bagi para peziarah. Sebab selain tempatnya di pusat kota juga karena jalan menuju makam adalah jalan utama di Kota Kediri yakni Jl Dhoho. (imam Mubarok muslim)
Label: |
0 Responses

Posting Komentar