sarkub

Biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani termuat dalam kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Tetapi, buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

NASAB
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Iraq, pada bulan Ramadhan 470 H, bertepatan dengan th 1077 M. Ayahnya bernama Shahih, seorang yang taqwa keturunan Hadhrat Imam Hasan, r.a., cucu pertama Rasulullah saw, putra sulung Imam Ali ra dan Fatimah r.a., puteri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah puteri seorang wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam Husein, r.a., putera kedua Ali dan Fatimah. Dengan demikian, Sayid Abdul Qadir adalah Hasani sekaligus Huseini.
Ketika ditanya mengenai apa yang mengantarkanya kepada maqam ruhani yang tinggi,ia menjawab , “kejujuran yang pernah kujanjikan kepada ibuku.”
Kemudian syekh menuturkan kisah berikut :
Pada suatu pagi di hari raya idul adha ,aku pergi ke ladang untuk membantu bertani. Ketika berjalan di belakang keledai ,tiba-tiba hewan itu menoleh dan memandangku, lalu berkata , “kau tercipta bukan untuk hal semacam ini” mendengar hewan itu berkata-kata, aku sangat ketakutan. Aku segera berlari pulang dan naik kea tap rumah. Ketika memandang ke depan. Kulihat dengan jelas para jamaah haji sedang wukuf di arafah.
Ku datangi ibuku dan memohon kepadanya , “izinkanlah aku menempuh jalan kebenaran, biarkan aku pergi mencari ilmu bersama para orang bijak dan orang-orang yang dekat kepada Alloh.” Ketika ibuku menanyakan alasan keinginanku yang tiba-tiba ,kuceritakan apa yang terjadi. Mendengar penuturanku,ia menangis sedih. Namun,ia keluarkan delapan puluh keping emas-harta satu-satunya warisan ayahku. ia sisihkan empat puluh keping untuk saudaraku. Empat puluh keping lainnya dijahitkanya di bagian lengan mantelku. Ia memberiku izin untuk pergi seraya berwasiat agar aku selalu bersikap jujur,apapun yang terjadi. Sebelum berpisah ,ibuku berkata , “anakku, semoga Alloh menjaga dan membimbingmu. Aku ikhlas melepas buah hatiku karena Alloh. Aku sadar ,aku takkan bertemu lagi denganmu hingga hari kiamat.”

Aku ikut sebuah kafilah kecil menuju Baghdad. baru saja meninggalkan kota Hamadan, sekelompok perampok ,yang terdiri atas enam puluh orang berkuda, memandang kami. Mereka merampas semua harta milik anggota kafilah. Salah seorang perampok mendekatiku dan bertanya , “anak muda,apa yang kau miliki?” kukatakan bahwa aku punya empat puluh keping emas. Ia bertanya lagi, “di mana?” kukatakan, “di bawah ketiaakku.” Ia tertawa-tawa dan pergi meninggalkanku .



Perampok lainnya menghampiriku dan menanyakan hal yang sama. Aku menjawab sejujurnya. Tetapi sepertio kawannya,ia pun pergi sambil tertawa mengejek. Kedua perampok itu mungkin melaporkanku kepada pemimpinnya , karena tak lama kemudian pimpinan gerombolan itu memanggilku agar mendekati mereka yang sedang membagi-bagi hasil rampokan. Sipemimpin bertanya apakah aku memilki harta . kujawab bahwa aku punya empat puluh keping emas yang dijahitkan di bagian lengan mantelku. Ia ambil mantelku ,ia sobek, dan ia temukan keping-keping emas itu.keheranan,ia bertanya , “mengapa kau memberitahu kami, padahal hartamu itu aman tersembunyi?”
“aku harus berkata jujur karena telah berjanji kepada ibuku untuk selalu bersikap jujur.” Dan di tambahkanya jika ia berbohong ,maka akan tak bermakna upayanya menimba ilmu agama.

Mendengar jawabanku,pemimpin perampok itu tersungkur menangis. Ia berkata, “aku ingat janjiku kepada dia yang telah menciptakanku. Selama ini aku telah merampas harta orang dan membunuh. Betapa besar bencana yang akan menimpaku?” anak buahnya yang menyaksikan kejadian itu berkata, “kau memimpin kami dalam dosa. Kini, pimpinlah kami dalam tobat!” keenam puluh orang itu memegang tanganku dan bertobat. Diriwayatkan , bahwa kepala perampok ini adalah murid pertamanya. Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran, dalam saat saat kritis, tak mungkin baginya.
Belajar di Baghdad

Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, ia terpaksa mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, ia cepat menguasai semua ilmu pada masa itu. Ia membuktikan diri sebagai ahli hukum terbesar di masanya. Tetapi, kerinduan ruhaniahnya yang lebih dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan di masa mudanya, kala tenggelam dalam belajar, ia gemar musyahadah*).

Ia sering berpuasa, dan tak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makanan. Di Baghdad, ia sering menjumpai orang-orang yang berfikir serba ruhani, dan berintim dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah, ia bertemu dengan Hadhrat Hammad, seorang penjual sirup, yang merupakan wali besar pada zamannya.

Lambat laun wali ini menjadi pembimbing ruhani Abdul Qadir. Hadhrat Hammad adalah seorang wali yang keras, karenanya diperlakukannya sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon ghauts ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan ruhaninya.

Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap diri. Ia mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada shalat dan membaca Qur'an suci. Shalat sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ia shalat shubuh tanpa berwudhu lagi, karena belum batal.

Diriwayatkan pula, beliau kerap kali tamat membaca Al-Qur'an dalam satu malam. Selama latihan ruhaniah ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga ia tak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang pasir. Akhirnya ia tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari perjalanan dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang dicarinya. Diri-hewaninya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.

Syekh abdul qodir tampil sebagai contoh penting yang menunjukkan bahwa dalam islam , mencari ilmu merupakan kewajiban suci-atas setiap muslim dan muslimah , dari buaian hingga liang lahat. Ia telah mengungguli sufi terbesar pada zamanya. Ia hafal alquran dan belajar tafsir kepada ali Abul Wafa al-Qayi,Abul Khaththab Mahfuzh,dan Abul Hasan Muhammad al-Qadhi. Menurut sebagian sumber,ia belajar kepada Qadhi Abu Sa’id al-Mubarak ibn Ali al-Muharrami, ulama ternama di zamannya di bahgdad.
Meski Syekh Abdul Qodir belajar tassawuf dari Syekh Hammad al-Dabbas dan memasuki jalan tarekat melaluinya ,ia sendiri di anugerahi jubah darwis, symbol jubah Nabi saw. Oleh qadhi Abu Sa’id. Silsilah ruhani Qadhi Abu Sa’id dapat dirunut melalui syekh Abul Hasan Ali Muhammad al-Qurasyi,Abul Faraj al-Tarsusi,al-Tamimi,Syekh Abu Bakr al-Syibli,Abul Qosim,Sari al-Saqati,Ma’ruf al-Karkhi,Dawud al-Tha’I,Habib al-A’zhami,dan Hasan al-Bashri hingga sampai pada Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib. Sayyidina ‘Ali menerima jubah pengabdian dari Nabi Muhammad saw.,kekasih Tuhan semesta alam, yang menerimanya dari jibril, dan ia menerimanya dari Yang Maha Benar.
Suatu hari ,seseorang bertanya kepada syekh Abdul Qodir tentang apa yang diperolehnya dari Alloh swt. Ia menjawab ,”ilmu dan akhlak mulia” Qadhi Abu Sa’id al-Muharrami mengajar di madrasahnya di bab al-Azj,Baghdad. Kemudian ia serahkan madrasah itu kepada Syekh Abdul Qodir,yang telah menjadi pengajar di sana.
Ketika itu, Syekh Abdul Qodir berusia lima puluh tahun. Ucapanya yang sangat fasih dan dahsyat, mampu mempengaruhi siapa saja yang mendengarnya. Murid-murid dan jamaahnya bertambah pesat. Dalam waktu yang sangat singkat,tak ada tempat lagi di madrasah itu untuk menampung mereka. Syekh abdul Qodir bercerita tentang saat-saat pertama pengajaranya :

Suatu pagi aku bertemu Rosululloh saw.yang bertanya kepadaku,”Mengapa kau diam saja?”
Aku berkata, “aku orang Persia,bagaimana aku dapat berbahasa arab dengan fasih di Baghdad?”
“Bukalah mulutmu” ujar Rosululloh saw. Aku menuruti perintahnya. Rosululloh saw meniup mulutku tujuh kali dan berkata, “berdakwalah dan ajak mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan kata-kata yang baik.”

Lalu aku salat dzhuhur dan beranjak menemui orang-orang yang telah menemui orang-orang yang telah menantikan ceramahku. Saat melihat mereka, aku gugup. Lidahku menjadi kelu.

Tiba-tiba aku melihat Imam Ali mendekatiku dan memintaku membuka mulut. Lalu ia meniupkan napasnya ke mulutku sebanyak enam kali. Aku bertanya , “mengapa tidak tujuh kali seperti yang dilakukan Rosululloh saw?”
”karena aku menghormati Rosululloh,” ujar Imam Ali, dan ia berlalu.

Seketika itu pula meluncur kata-kata yang sangat lancer dari mulutku : “akal adalah penyelam , yang menyelami samudera hati untuk menemukan mutiara hikmah. Jika ia membawanya ke tepian wujudnya, ia akan memicu pengucapan kata, dan dengan itu ia membeli mutiara ibadah dan pengabdian kepada Alloh,..,,”lalu kukatakan, “pada suatu malam seperti malam-malam yang ku alami ,jika di antara kalian mampu menaklukkan birahinya, kematian akan menjadi sangat indah sehingga baginya, tak ada sesuatu pun yang dapat menandingi keindahanya.”

Sejak saat itu dan seterusnya , baik ketika terjaga maupun terlelap, aku senantiasa menjalankan kewajibanku senagai pengajar. Ada begitu banyak ilmu keimanan dan agama dalam diriku. Ketika aku tak membicarakan atau melafalkannya, aku merasa ilmu-ilmu itu meluncur dengan sendirinya. Saat mulai mengajar ,hanya ada beberapa murid yang mendengarkanku. Namun,tak lama kemudian,mereka bertambah hingga tujuh puluh ribu orang.

Madrasah dan pondoknya tak lagi mampu menampung para pengikutnya. Dibutuhkan tempat yang lebih luas. Orang kaya dan miskin membantu mendirikan bangunan. Orang kaya membantu dengan hartanya dan orang miskin dengan tenaganya. Bahkan kaum wanita di Baghdad pun ikut membantu.

Syekh Abdul Qodir al-Jailani adalah ulama dan imam dalam ilmu-ilmu agama, kalam, dan fikih, serta tokoh terkemuka mazhab syafi’I dan hambali. Keberadaannya member manfaat yang sangat besar bagi semua orang. Doa dan kutukanya selalu dikabulkan.ia memiliki banyak keistimewaan. Ia adalah manusia sempurna yang selalu mengingat Alloh , bertafakkur,merenung, serta belajar dan mengajar.

Hatinya lembut,perilakunya santun, dan parasnya senantiasa tampak ceria. Ia juga selalu bersimpati dan memelihara perilaku yang mulia. Di mata orang-orang, ia tampil sebagai sosok yang berwibawa, dermawan ,dan gemar member bantuan berupa uang ,nasihat , maupun ilmu. Ia menyayamgi sesama , terutama kaum mukmin yang taat dan selalu beribadah kepada Alloh.

Penampilanya selalu terjaga sehingga terlihat tampan dan necis. Ia tak suka ngomong berlebihan. Jika bicara ,meski cepat, setiap kata maupun suku-katanya terdengar jelas. Bicaranya santun dan yang di ucapkannya hanyalah kebenaran. Ia sampaikan kebenaran dengan lantang dan tegas . ia tak peduli apakah orang lain akan memuji ,mencela, mengkritik, atau bahkan memakinya.

Syekh Abdul Qodir senantiasa menerapkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang utama dalam setiap pengajaran dan dakwahnya kepada manusia. Mengenai hal ini ia pernah berkata :
“seorang guru ruhani tak akan menjadi guru yang hakiki kecuali jika ia memiliki dua belas macam sifat. Dua di antaranya adalah menyembunyikan aib manusia dan seluruh makhluk, tidak hanya dari orang lain , tetapi juga dari dirinya sendirinya dan bersedia memaafkan kesalahan paling berat sekalipun. Ada dua sifat yang di wariskan dari Nabi Muhammad saw.,yaitu cinta dan kelembutan. Dari sayyidina Abu Bakar, khalifah pertama, seorang guru sejati mewarisi kejujuran, keikhlasan , kesetiaan , dan kedermawanan. Dari sayyidina Umar , ia mewarisi keadilan dan amar ma’ruf nahi mungkar. Dari sayyidina ustman , ia mewarisi tawadhuk dan kebiasaan sholat di tengah malam ketika orang-orang tertidur lelap . dari sayyidina ‘Ali, ia mewarisi ilmu dan kebenaran.

Syekh Abdul Qodir menjadi ayah bagi puluhan ribu pengikutnya. Ia kenal nama-nama mereka dan peduli terhadap urusan dunia dan keadaan ruhani mereka. Ia menolong dan menyelamatkan mereka dari bahaya meskipun mereka berada jauh dari sisinya. Ia karib dan bersikap lembutkepada anak-anak kecil. Sementara kepada yang lebih tua , ia selalu bersikap santun dan menghormati mereka .
Syekh Abdul Qodir telah menyerahkan dirinya kepada Alloh . malam dilaluinya dengan sedikit atau bahkan tak tidur sama sekali untuk tahajud dan tafakur. Sebagai pengikut sejati Nabi Muhammad saw.,ia gunakan siangnya untuk mengabdikan diri kepada umat manusia. Tiga kali dalam seminggu ia berceramah di hadapan ribuan orang. Setiap pagi dan sore ia mengajar tafsir , hadis , tauhid , fikih , dan tasawuf. Usai sholat dzhuhur , ia mengisi waktu dengan member nasihat kepada umat , baik pengemis maupun raja , yang datang dari berbagai belahan dunia.

Sebelum mahgrib , baik ketika hujan maupun cerah , ia telusuri jalan-jalan untuk membagikan roti kepada kaum fakir. Karena berpuasa nyaris sepanjang tahun , ia hanya makan sekali dalam sehari setelah sholat maghrib dan tak pernah sendirian. Para pelayannya berdiri di depan pintu seraya bertanya kepada setiap orang yang lewat apakah mereka lapar dan kemudian meminta mereka untuk makan bersama syekh.

Syekh Abdul Qodir wafat pada sabtu , 8 Rabi al-Tsani 562 H./1166 M. pada usia 91 tahun. Makamnya yang dirahmati, yang terletak di madrasah Bab al-Darajah di Baghdad telah menjadi tempat ziarah penting bagi kaum muslim , dan khususnya kaum sufi.

Ketika ia menderita sakit yang mengakibatkan kematiannya, putranya , Abdul azis melihatnya meringis menahan rasa sakit luar biasa. Syekh bergulingan di atas tempat tidur. “jangan cemaskan aku,” katanya kepada putranya itu. “aku tengah berubah terus-menerus dalam pengetahuan Alloh.”

Ketika putranya, Abdul Jabbar , menanyakan bagian tubuhnya yang terasa sakit,syekh menjawab, “semuanya , kecuali hatiku. Tak ada rasa sakit sedikitpun pada bagian ini karena ia bersama Alloh.”
Putranya yang lain , Abdul wahhab berkata kepadanya, “Berilah aku nasihat terakhir yang dapat ku amalkan setelah ayah wafat.”
Syekh berkata, “takutlah hanya kepada Alloh.berharaplah kepada Alloh, dan sampaikan segala kebutuhanmu kepadan-Nya. Jangan berharap atau menghendaki sesuatupun dari selain Alloh. Bertawakkallah hanya kepada Alloh, bersa-tulah dengan-Nya, bersatulah dengan-Nya.”

Sebelum wafat ia memandangi sekeliling dan berkata kepada orang-orang yang hadir, “mereka yang tak pernah kalian lihat telah datang kepadaku. Berikan ruang dan bersikap santunlah kepada mereka. Aku adalah isi tanpa kulit. Kalian melihatku bersama kalian, padahal aku bersama yang lain. Tinggalkan aku sendiri. “kemudian ia berkata, “wahai malaikat maut, aku tak takut kepadamu atau apa pun selain Alloh yang telah menemaniku dan bersikap baik kepadaku.”

Pada detik-detik terakhir , ia angkat tangannya dan berkata , “tidak ada tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan-Nya. Segala puji bagi-Nya , yang MahaKuasa, yang Mengalahkan hamban-Nya dengan kematian.”
Setelah menyeru , “Alloh, Alloh, Alloh ,” ruhnya pergi meninggalkan jasadnya.
Semoga Alloh meridhoi ruhnya dan ruhnya memberikan syafaat kepada fakir yang menulis kata-kata ini,kepada semua yang menjadikan tulisan ini ada disini serta bagi orang-orang yang membacanya.Amin

Sepeninggal sang wali, para putra dan muridnya mendirikan suatu Thariqah, untuk menyuburkan spiritualitas Islami dan ajaran-ajaran Islami di kalangan umat dunia, yakni Thariqah Qadiriyah, yang sampai kini terkenal taat kepada prinsip-prinsip syari'at. Thariqah ini telah sedemikian besar jasanya bagi kebangkitan kembali 'dunia Islam', dan sumbangannya kepada Tasawuf tak terhingga. Tiga diantara catatan-catatan nasihat dan pengajarannya mencapai reputasi dunia. Yang paling luar biasa adalah FUTUH AL-GHAIB, yang terjemahannya disajikan berikut ini.

Selain itu, Fath al-Rabbani, kumpulan enam puluh delapan khutbah, yang disampaikan antara tahun 545 H dan 546 H. Yang ketiga adalah sebuah QASIDAH, sebuah syair yang memaparkan peranan dan peringkat wali dalam bahasa ekstatik. Syair ini disebut Qasidah al-Ghautsiyya.

Sebagaimana thariqah lain, Thariqah Qadiriyah dewasa ini, tampak lebih cenderung kepada risalah terakhir ini, dari pada karya-karya lainnya, yang memuat nasihat-nasihat tentang pembangunan diri, dan sebuah pesan dari alam ghaib.

Terlepas dari kekeliruan-kekeliruan pada para pengagumnya dewasa ini, pengaruh sang wali dalam sejarah Islami luar biasa. Kepribadiannya gemerlapan laksana zamrud berkilauan dari spiritualitas Islami dewasa ini, sebagaimana pada sejarah masa lalu.
Label: |
0 Responses

Posting Komentar